Instalasi Namibia Beetle Fog Catcherberi sebagai Solusi atas Kekeringan di Indonesia

Sabtu, 24 Agustus 2024 00:17 WIB   Kemahasiswaan

Tiga mahasiswa UMM dengan didampingi satu dosen mencetuskan inovasi baru untuk mengatasi masalah ketersediaan air bersih di Indonesia. Inovasi tersebut berangkat dari kebutuhan dasar terhadap air bersih yang tinggi di Indonesia. Penurunan nilai ketersediaan air bersih di beberapa wilayah Indonesia mendobrak semangat ketiganya untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mereka khawatir jika tidak segera diatasi, permasalahan air bersih ini akan melahirkan beberapa masalah baru di kemudian hari.

 Dalam sesi wawancara bersama Tim Kemahasiswaan, Sonya Dzakiyah Zayyantri selaku ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Futuristik Tertulis (GFT), mengungkapkan bahwa penyusunan PKM ini dilakukan dalam waktu kurang lebih tiga minggu saja dengan beberapa hambatan. Namun, kerja sama antar tim yang solid dan dukungan dosen pembimbing mampu mengatasi hambatan yang ada selama proses penyusunan PKM. ”Untuk persiapan saat penyusunan kemarin Alhamdulillah berjalan lancar. Hambatannya mungkin ada di waktu untuk mengelola ide dan mencari referensinya saja. Namun, dosen pembimbing kami waktu itu selalu dapat mengarahkan dengan baik sehingga dapat selesai tepat waktu,” ujar Sonya.

Dalam penyusunan PKM tersebut, Sonya berjuang bersama rekan-rekan yang solid, mereka saling bekerja sama dan berbagi tugas dalam penyusunan PKM GFT dengan judul ”Jaringan Air Bersih Berbasis Teknologi Sayap Kumbang Namibia: Solusi Kekeringan dan Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kering Pulau Jawa”. Sonya sendiri melakukan pengumpulan data pustaka dan menyiapkan draf manuskrip. Satu anggota bernama Putri Setia Ningsih mengonsep gambar dan satu anggota lain bernama Muhammad Nasir Falah mendesain kegiatan serta penyelaras akhir manuskrip.

Tidak hanya itu, ketiga mahasiswa Prodi Farmasi UMM ini juga mendapat dukungan penuh dari dosen pembimbing, Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., M.P. Dosen Prodi Farmasi UMM tersebut memberikan arahan terkait penulisan dan gambar pada penyusunan PKM GFT ini. ”Bantuan yang diberikan oleh dosen pembimbing berupa pengarahan secara keseluruhan proses ini, setiap step beliau mendampingi dan terus memberikan arahan serta evaluasi sehingga kami bisa menyelesaikannya dengan baik,” ungkap Sonya. Hal tersebut menunjukkan bentuk solidaritas antara dosen dan mahasiswa dalam penyusunan PKM.

Dalam kompetisi ini, Sonya dan kawan-kawannya mampu menunjukkan kualitas inovasi PKM-nya sehingga berhasil membawa pulang predikat kelompok mahasiswa terkreatif pada bidang PKM GFT. Hal ini menunjukkan bahwa jika didampingi, banyak mahasiswa yang memiliki inovasi-inovasi cemerlang. Universitas hanya perlu memberikan fasilitas dan dukungan penuh. Lahirnya inovasi cemerlang oleh Sonya dan tim diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus melahirkan gagasan-gagasan baru dari segala bidang.

Shared: